Kerajaan-Kerajaan di Bali

Sejarah berdirinya Kerajaan-Kerajaan di Bali diceritakan yaitu sebagai berikut :
  • Badung, 
    • Arya Bebed, dahulu dengan pintar, berani, dan lain sebagainya, dalam Babad Badung diceritakan akhirnya beberapa desa dapat Beliau kalahkan, lebih-lebih setelah memerintah di Bandhanapura (Badung).
  • Gianyar, 
    • Pada tahun saka 1633 atau sekitar 1711 Masehi, berdirilah kerajaan Sukawati yang berlokasi di Batuan Gianyar Bali di bawah pimpinan I Dewa Agung Anom sirikan.
  • Tabanan, 
  • Mengwiyang dahulu diceritakan diperintah oleh raja-raja dengan dinasti yang berbeda-beda secara turun temurun.
  • Buleleng, 
    • Didukung oleh pribadinya yang welas asi, Ki Gusti Ngurah Panji Sakti dalam Babad Buleleng disebutkan akhirnya beliau berhasil memimpin masyarakat desa Gendis. dan elanjutnya dinobatkan menjadi raja di Istana Sukasada.
  • Jembrana, yang memiliki seni dan tradisi seperti mekepung, gamelan jegog dll.
    • Diceritakan pula, I Gusti Gede Pulaki, sebuah kisah yang diceritakan berkaitan dengan hilangnya sebuah desa di pulaki dan semua penduduknya berubah wujud menjadi harimau.
    • keberadaan Puri Andhul beserta keturunannya
  • Bangli, 
    • Dikisahkan seorang putra raja Bali, bernama Dalem Tarukan dengan jiwanya yang merakyat dan setia pada janji namun hidupnya penuh dilema yang akhirnya tinggal di sebuah Desa yang berada di kecamatan Tembuku, kabupaten Bangli.
  • Karangasem 
    • Dewa Karangamla, Raja pertama (I) Karangasem.
  • Kerajaan Klungkung.
  • dan lain-lain
Keberadaan kerajaan- kerajaan tersebut diceritakan sebagai berikut :
Tersebutlah dahulu dalam cerita pitamaha, sepintas perkembangan sejarah seni lukis di Bali dari sejarah kerjaan yang dikisahkan diawali dengan tumbangnya kerajaan Klungkung/Kerajaan Gelgel dimasa raja Agung Dalem Dimade tahun 1665 dan berakhir tahun 1704 oleh pemberontakan Agung Maruti.
Kemudian disebutkan dibantu oleh para tokoh-tokoh punggawa, manca yang dahulu tersebar saat pemberontakan pertama Kriyan Batan Jeruk serta I Dewa Anggungan sekitar tahun 1556, kedua pemberontakan I Gusti Talabah tahun 1578 namun kedua pemberontaan tersebut gagal, dan pemberontakan Agung Maruti berhasil. 

Gagalnya beberapa kali pemberontakan membuat para manca tersebar keseluruh Bali. Untuk mengembalikan kembali kedaulatan kerajaan para punggawa dan manca tersebut dipanggil untuk melawan kekuasaan Agung Maruti hingga kalah. 
Kemenangan tersebut membuat raja Klungkung/Gelgel memberikan berdirinya kerajaan-kerajaan kecil seperti Badung, Gianyar, Tabanan, Mengwi, Buleleng, Jembrana, Bangli, Karangasem dan lain-lain untuk otonom. 
Kerajaan Klungkung sendiri didaulat menjadi pusat kerajaan yang lebih memfokuskan masalah adat. Faktor tersebut menurut penulis sangat berperan dalam membentuk identitas kerajaan baru untuk membedakan dengan kerajan-kerjaan lainya di Bali.

Memasuki awal abad 19 bergolakan peperangan terjadi antara raja-raja Bali dengan pihak Belanda dimulai dengan perang puputan Badung 1906, puputan Klungkung 1908, peperangan Buleleng, Karangasem dan seterusnya diawal abad 19 berdampak pada perubahan konstalasi politik di Bali. 
Sehingga Belanda memasuki Bali dalam situasi bumi hangus, karena kerajaan-karajaan tersebut rata-rata hancur dan terbakar yang berakibat kemudian Belanda mengalami tekanan hujatan dunia internasional yang luar biasa. 
Untuk menggembalikan rasa tanggungjawab pihak Belanda, kemudian Belanda menerapkan politik Baliseering, 
Sebuah kebijakan politik yang menggembalikan kemurnian “asli” Bali yang diharapkan dapat melihat Bali seperti sedia kala. 
Dengan lahirnya banyak film dokumenter tentang Bali, dan karya-karya seni lukis Bali yang banyak dikoleksi museum dan private diluar negeri, sehingga banyak wisatawan asing mulai tertarik ke Bali.
***