Arya Gajah Para

Arya Gajah Para adalah putra sulung dari Arya Wayahan Dalem Manyeneng dari Majapahit yang dalam Babad Arya Gajah Para disebutkan dahulu diutus oleh Gajah Mada ke Bali.

Dikisahkan dalam mengatur siasat peperangan setelah tiba di pantai Banyuwangi dalam ekspedisi Kerajaan Majapahit ke Bali yang dipimpin oleh Gajah Mada bersama panglima perang Arya Damar,

tersebutlah dari hasil perundingan tersebut diputuskan bahwa penyerangan dari arah timur pulau Bali dipimpin oleh para patih keturunan Mpu Witadarma, yakni : Krian Pemacekan, Ki Gajah Para, Krian getas yang akan mendarat di Toya Anyar.

Dalam Babad Arya Gajah Para, sebagaimana yang disebutkan pada sumber kutipan sejarah babad bali, dalam konsep - konsep budaya diceritakan Bali telah menjadi kekuasaan Majapahit.
Walaupun demikian, di belahan Bali Timur terus terjadi gejolak penentangan.
Untuk meredam gejolak tersebut, diutuslah Sirarya Gajah Para dan Sirarya Getas.
Akhirnya kedua arya tersebut tinggal di Sukangeneb, Toya Anyar, dan menurunkan beberapa keturunan. 
Selanjutnya Sirarya Getas diutus untuk mengadakan penyerangan ke Selaparang, dan Beliau pun akhirnya menetap di sana (Praya).

Diceritakan Sirarya Gajah Para telah wafat. Setelah wafatnya Sirarya Gajah Para, maka terjadilah pertikaian antara cucu-cucunya yang berakibat cukup fatal. 

Dua bersaudara meninggal dalam perkelahian. Dua orang janda beserta putranya masing-masing meninggalkan Toya Anyar, ada ke Tanggawisia, dan ada yang ke Gelgel. 

Setelah peristiwa itu, keturunan Arya Gajah Para tersebar di desa-desa di Bali serta mengembangkan keturunannya masing-masing.
***