Ki Gusti Ngurah Panji Sakti adalah Pendiri Kerajaan Buleleng pada tahun 1660an yang awalnya bertahta di Sukasada. Dalam Babad Buleleng disebutkan sewaktu kecil beliau bernama Ki Gusti Barak Panji yaitu keturunan dari Ki Gusti Ngurah Jelantik dan Si Luh Pasek Panji yang kedua orang tuanya tersebut merupakan abdi dari Raja Sri Aji Dalem Sagening.
Setelah dewasa, berdasarkan pertimbangan keamanan, Ki Gusti Barak Panji meninggalkan istana disertai oleh ibunya Si Luh Pasek Panji diiringi oleh Ki Dumpyung, Ki Dosot, beserta sejumlah pengiring abdinya berjumlah tiga puluh orang.
Akhirnya tibalah Beliau di desa Panji. Saat itu desa Panji dikuasai oleh Ki Pungakan Gendis. Berkat kesaktian keris Ki Semang akhirnya Ki Pungakan Gendis tewas tanpa diketahui siapa pembunuhnya.
Seluruh Julukan tersebut berkonotasi tangguh – teguh, berjiwa pemimpin, merakyat, memiliki daya super natural – sakti sebagai pendiri kerajaan Buleleng di tahun 1660an. Sebelumnya wilayah Buleleng dikenal dengan nama Den Bukit. Masyarakat Bali Selatan jaman berkembangnya pengaruh Majapahit, Den Bukit dilihat sebagai “daerah nun disana dibalik bukit”.
Setelah itu I Gusti Gde Karang membuka lahan dan membangun istana baru, terletak di sebelah Barat jalan yang dinamai puri Singaraja. Puri baru itu berseberangan jalan dengan Puri Buleleng yang dibangun Ki Gusti Panji Sakti.
Setelah dewasa, berdasarkan pertimbangan keamanan, Ki Gusti Barak Panji meninggalkan istana disertai oleh ibunya Si Luh Pasek Panji diiringi oleh Ki Dumpyung, Ki Dosot, beserta sejumlah pengiring abdinya berjumlah tiga puluh orang.
Akhirnya tibalah Beliau di desa Panji. Saat itu desa Panji dikuasai oleh Ki Pungakan Gendis. Berkat kesaktian keris Ki Semang akhirnya Ki Pungakan Gendis tewas tanpa diketahui siapa pembunuhnya.
Diceritakan ada perahu milik Ki Empung Awang yang terdampar di pesisir desa Panimbangan. Perahu itu sarat dengan barang bawaan. Barang siapa yang dapat mendorong perahu tersebut akan dihadiahkan semua isi perahu.Dengan bantuan keris Ki Semang akhirnya Ki Gusti Panji berhasil menyelamatkan perahu itu. Begitulah Ki Gusti Ngurah Panji dengan bantuan keris Ki Semang serta didukung oleh pribadinya yang welas asih akhirnya berhasil memimpin masyarakat desa Gendis.
Selanjutnya beliau dinobatkan dan bergelar Ki Gusti Ngurah Panji Sakti, karena kesaktiannya yang luar biasa, dan Beliau menetap di Istana Sukasada Buleleng.Ki Gusti Ngurah Panji Sakti pada tahun 1520 Saka atau 1598 M dalam Babad Mas Sepuh sebagaimana disebutkan Kerajaan Blambangan Jawa Timur yang pada saat itu dipimpin oleh Raja Danureja (ayahanda Pangeran Menak Jingga) ditaklukkan oleh Ki Gusti Nglurah Panji Sakti,
Raja Singaraja, yang kemudian memberikan kekuasaan di Blambangan kepada Raja Mengwi, yaitu Gusti Agung Dhimadhe (Dimade) dengan gelar Cokorda Blambangan.Ki Gusti Panji Sakti dalam kutipan sejarah buleleng disebutkan merupakan seorang raja yang dijuluki banyak nama:
- Ki Barak,
- Gde Pasekan,
- Gusti Panji,
- Ki Panji Sakti,
- Ki Gusti Anglurah Panji Sakti,
Seluruh Julukan tersebut berkonotasi tangguh – teguh, berjiwa pemimpin, merakyat, memiliki daya super natural – sakti sebagai pendiri kerajaan Buleleng di tahun 1660an. Sebelumnya wilayah Buleleng dikenal dengan nama Den Bukit. Masyarakat Bali Selatan jaman berkembangnya pengaruh Majapahit, Den Bukit dilihat sebagai “daerah nun disana dibalik bukit”.
Daerah misterius, terra incognito, banyak pendatang silih berganti, bajak laut. Orang yang ingin tinggal menetap mereka menjauhi daerah pesisir, memilih tempat lebih ke tengah, ke wilayah sebelah Selatan. Maka itu wilayah di selatan bukit disebut Bali Tengah atau Bali Selatan.Selama berkuasa di Den Bukit Panji Sakti sejak 1660an sampai 1697 sangat disegani kawan maupun lawan. Dengan pasukan Gowak yang diorganisir bersama rakyat, beliau menguasai kerajaan Blambangan, Pasuruan, Jembrana. Hingga tahun 1690an Panji Sakti menikmati kejayaannya.
Akhirnya Buleleng sebagai nama puri yang dibangun Panji Sakti di tengah tegalan jagung gembal yang juga disebut juga buleleng. Letaknya tidak jauh dari sungai yang disebut juga tukad Buleleng. Purinya disebut Puri Buleleng. Puri yang yang lebih tua, terletak di desa Sangket yang dinamai puri Sukasada. Ki Gusti Panji sakti diperkirakan wafat tahun 1699 dengan meninggalkan banyak keturunan.Namun sayang putra-putra Ki Gusti Panji Sakti dikisahkan mempunyai pikiran yang berbeda satu sama lain sehingga kerajaan Buleleng menjadi lemah dan akhirnya terpecah belah dan sempat dikuasai Kerajaan Mengwi, termasuk Blambangan.
- Lepas dari genggaman Mengwi kemudian tahun 1783 jatuh ke tangan kerajaan Karangasem.
- Sejak itu terjadi beberapa kali pergantian raja asal Karangasem. Salah seorang raja asal Karangasem yaitu I Gusti Gde Karang bertakhta sebagai raja Buleleng tahun 1806-1818. Sebagai raja Buleleng beliau juga menguasai kerajaan Karangasem dan Jembrana.
Setelah itu I Gusti Gde Karang membuka lahan dan membangun istana baru, terletak di sebelah Barat jalan yang dinamai puri Singaraja. Puri baru itu berseberangan jalan dengan Puri Buleleng yang dibangun Ki Gusti Panji Sakti.
***