I Gusti Batan Jeruk (Patih Agung Kyai Batanjeruk) adalah putra dari Sirarya Patandakan yang diangkat menjadi patih di Kerajaan Gelgel saat I Dewa Pemahyun (Dalem Bekung) kakak dari Dalem Sagening menjadi raja.
Dalam Babad Wisnuwangsa, beliau mengangkat putra I Gusti Kembengan (Bebengan) yang bernama I Gusti Oka, sebab beliau tidak memiliki putra kandung.
Kyai Batanjeruk bersama I Dewa Anggungan, Kryan Tohjiwa, dan Kryan Pandhe Basa memberontak dan menyandera Dhalem Bekung dan adiknya Ida I Dewa Anom Segening dengan abhiseka Dhalem Segening. Kyai Kebon Tubuh dan I Dewa Gedong Artha dibantu oleh laskar Kryan Manginte dari desa Kapal.
Terjadi pertempuran yang hebat di depan istana. Kyai Kebon Tubuh berhasil menerobos masuk istana menyelamatkan Dhalem Bekung dan Dhalem Segening.
Dalam keadaan terdesak Kryan Pandhe Basa menghancurkan gerbang istana, tetapi ia akhirnya diampuni berkat warang-nya Ki Lurah Sidhemen. Kryan Tohjiwa dibunuh oleh Kryan Manginte.
Sedangkan I Dewa Anggungan menyerah minta ampun. Ia diampuni dengan disurutkan derajat wangsa-nya.
Kyai Batanjeruk lari berusaha menyelamatkan diri dari istana bersama isteri, saudara-saudaranya dan seorang anak angkat, yang bernama I Gusti Oka, putera dari I Gusti Bebengan (adik Kyai Batanjeruk).
Mereka terkejar sampai di desa Jungutan (sekarang Bungaya). Di desa ini patih agung Kyai Batanjeruk dibunuh oleh Kryan Manginte dengan tombaknya yang bernama Ki Baru Gudug.
Hari wafatnya ditandai dengan candrasengkala brahamana nyarita wang ana wani, yang berarti pada Isaka 1478 (1556 M).
Mereka terlunta-lunta hingga sampai di desa Budakeling, berjumpa dengan Danghyang Astapaka. I Gusti Oka akhirnya berguru kepada Danghyang Astapaka, yang mempunyai pesraman di Bukit Mangun, di desa Toya Anyar.
Janda Kyai Batanjeruk ini kemudian dinikahi oleh I Dewa Karangamla, Raja pertama Karangasem yang berkedudukan di desa Selegumi (Balepunduk).
Janda Kyai Batanjeruk ini kemudian dinikahi oleh I Dewa Karangamla, Raja pertama Karangasem yang berkedudukan di desa Selegumi (Balepunduk).
***