I Gusti Ngurah Jelantik

I Gusti Ngurah Jelantik adalah panglima perang dari Kerajaan Bedahulu, yang dalam Babad Blahbatuh, Ki Gusti Ngurah Jelantik ini disebutkan merupakan putra dari Ki Gusti Cacaran.

Tersebutlah pada suatu hari di Kerajaan Bedahulu terjadi kekosongan panglima perang, untuk mengisi kekosongan jabatan tersebut sebagaimana diceritakan tatkala Bali dalam genggaman Gajah Mada, Dalem Waturenggong memanggil I Gusti Ngurah Jelantik untuk kembali ke Gelgel dengan diberi jabatan Panglima Perang. 

Tatkala Dalem Watu Renggong wafat yang diganti oleh putranya bernama Dalem Bekung. Pada tahun 1597 Dalem Bekung memerintahkan Panglima Perang I Gusti Ngurah Jelantik (III) untuk menumpas pemberontakan di Blambangan dan Pasuruhan. 
Dalam perang tanding dengan sengaja beliau tidak membawa senjata (mamogol), dan itu memang dengan sengaja dilakukan agar terbunuh dalam perang untuk tujuan menebus dosa leluhurnya. 
Beliau gugur meninggalkan isteri yang sedang hamil. Ketika putranya lahir diberi nama Jelantik Bogol atau I Gusti Ngurah Jelantik (IV).
Kemudian Dalem Bekung digantikan oleh Dalem Sagening yang pada tahun 1621 Dalem Sagening memerintahkan I Gusti Ngurah Jelantik (IV /Bogol) untuk menundukkan penguasa Nusa Penida, Ki Dalem Bungkut atau Dalem Dukut atau Dalem Nusa.
Dengan keris kaliliran yang dijuluki Ki Pencok Saang, I Gusti Ngurah Jelantik Bogol dapat membinasakan Dalem Bungkut dengan cara ksatria. I Gusti Ngurah Jelantik Bogol mendapat pujian dan penghargaan dari Dalem Sagening. 
Namun hal itu menimbulkan perasaan iri pihak pejabat lain. I Gusti Ngurah Jelantik Bogol (IV) diganti oleh I Gusti Ngurah Jelantik V. Kemudian pada waktunya I Gusti Ngurah Jelantik V digantikan oleh I Gusti Ngurah Jelantik VI.

Ketika Dalem Sagening wafat dan beliau digantikan oleh putranya bernama Dalem di Made yang masih muda, para petinggi kerajaan Gelgel waktu itu sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri sehingga daerah-daerah seperti Sumbawa, Lombok dan Blambangan berangsur dikuasai pihak lain. 

Keadaan Bali juga mulai gawat. Tahun 1639 pasukan Sultan Agung dari kerajaan Mataram menyerang Bali, namun berkat kesigapan I Gusti Ngurah Jelantik (VI), ayahanda I Gusti Ngurah Panji Sakti, pasukan Mataram dapat diusir begitu turun dari kapalnya di Pantai Kuta sehinga musuh lari tunggang langgang pergi tidak kembali lagi. 
Peristiwa itu membuat iri hati bertambah, sehingga menimbulkan intrik di pihak para petinggi kerajaan, terutama dari Patih Agung I Gusti Agung Maruti yang terus mempengaruhi Dalem yang masih muda itu agar meminta keris pusaka (kaliliran) milik I Gusti Ngurah Jelantik bernama Ki Pencok Saang yang sangat bertuah, namun I Gusti Ngurah Jelantik secara tegas tidak akan menyerahkan pusaka nenek moyangnya itu. 
I Gusti Ngurah Jelantik dan keluarganya telah beberapa kali mendapat serangan pasukan bersenjata suruhan I Gusti Agung Maruti untuk membunuhnya namun selalu gagal. Dasarnya, bilamana I Gusti Agung Maruti memiliki keris pusaka dari I Gusti Ngurah Jelantik itu nantinya bisa menguasai Dalem dan bisa lebih leluasa mengambil alih kerajaan Gelgel.
***