Mpu Jiwaksara

Mpu Jiwaksara adalah puncuk pimpinan pemerintahan Mojopahit di Bali dengan gelar Patih Wulung yang ayahnya bernama Mpu Wijaksana juga ikut ke Bali dan merupakan pendeta dari Mojopahit yang mengatur tata keagamaan di Bali, setelah Bali jatuh ke tangan Mojopahit.

Mpu Jiwaksara pada tahun 1350 sebagaimana disebutkan dalam dalam sumber kutipan Babad ky. Gusty Pangeran Bendesa Manik Mas yang bergelar Patih Wulung berangkat ke Mojopahit untuk memberi laporan kepada ratu Mojopahit Tri Buana Tunggal Dewi tentang keadaan di Bali dan sekaligus mohon supaya cepat di angkat seorang raja di Bali sebagai wakil pemerintahan Mojopahit. 

Akhirnya diangkatlah salah satu putra dari Danghyang Kepakisan, yaitu Dalem Ketut Kresna Kepakisan menjadi raja di Bali, berkedudukan di Samplangan kemudian di Gelgel. Berselang beberapa tahun, Sri Kresna Kepakisan ingin mempersatukan Blambangan dan Pasuruan yang dikuasai sang kakak, yaitu Dalem Wayan dan Dalem Made dengan kerajaan Bali. 

Penyerangan dilakukan ke Pasuruan dibawah pimpinan Patih Wulung. Sri Kresna Kepakisan berpesan agar sang kakak jangan sampai di bunuh. Namun dalam perang tanding antara Patih Wulung dan Dalem Pasuruan, yang terakhir ini terkena senjata Patih Wulung lalu gugur. 

Setelah patih Wulung dengan pasukannya kembali ke Bali dan melaporkan jalannya peperangan yang berakhir dengan gugurnya Dalem Pasuruan, Sri Kresna Kepakisan menjadi sangat marah lantaran Patih Wulung telah melanggar pesannya sebagai tersebut di atas. 

Patih Wulung diusir dari gelgel setelah dibekali beberapa sikut tanah dan beberapa ratus prajurit. Di samping itu juga diberi gelar Kiyai Gusti Pangeran Bendesa Manik Mas. 

Patih Wulung pindah ke Bali Tengah yang kemudian disebut Bumi Mas kira-kira dalam tahun 1358. Ki Patih Wulung atau Kiyai Gusti Pangeran Bendesa Manik Mas mempunyai 2 putra, yaitu: 
  1. Putra pertama adalah Kiyai Gusti Pangeran Bendesa Manik Mas (II) yang menetap di Desa Mas dan menurunkan: 
    • Kiyai Gusti Pangeran Bendesa Manik Mas (III), 
    • Gusti Luh Made Manik Mas, 
    • Gusti Luh Nyoman Manik Mas Genitri, yang kemudian diperistri oleh Danghyang Nirartha. Nama Bendesa Mas tetap tercantum sebagai pengenal garis keturunan. 
    • Dari sinilah menurun para Bendesa Mas yang tersebar di seluruh Bali antara lain di Gading Wani.
  2. Putra kedua adalah Kiyai Gusti Pangeran Semaranata, menetap di Gelgel dan menurunkan Gusti Rare Angon, leluhur dari Kiyai Agung Pasek Gelgel yang dalam babad pasek gelgel disebutkan merupakan  ayah dari I Gusti Pasek Gelgel.
***