Buleleng

Buleleng berasal dari kata "Ibu Leleng" yang pada zaman dahulu merupakan nama sebuah tempat suci atau Pura Kerajaan dari Raja Panji Sakti.

Dalam sejarah sistem perekonomian Bali Kuno, perdagangan di pantai utara Pulau Bali diceritakan ketika itu sangatlah ramai, karena kesibukan lalu lintas kapal-kapal dagang lebih banyak di pantai utara Bali ini.
Jalur pelayaran di Nusantara mulai dari semenanjung Malaka menyusuri pantai timur Sumatra, pantai utara Jawa, pantai utara Bali, berbelok ke selatan di Selat Lombok, seterusnya ke Sumbawa, Sulawesi Selatan dan Maluku. Pelabuhan-pelabuhan laut di pantai utara Bali adalah : Teluk Terima, Pemuteran, Buleleng, Sangsit, Kubutambahan, dan Julah. Sedangkan pelabuhan di pantai selatan Bali hanya Sanur.
Diceritakan pada zaman dahulu, dalam kajian sejarah budaya Genealogi Buleleng dikisahkan tatkala beliau Raja Panji Sakti sudah tua dan juga dikarenakan kegalauan hati Beliau ketika ditinggal putranya yang gugur saat berperang,
Hari demi hari, hidup beliau kini diisi dengan melakukan perenungan, semedi, dalam sebuah gubuk kecil lokasinya di Pasar Buleleng sekarang itu.
Kerajaannya sering ditinggalkan dan kesehariannya banyak waktu diluangkan untuk semedi di ujung timur Pura Bale Agung Buleleng sekarang, dulu hanya ada sebuah 'Pura Ibu yang leleng karena digerus aliran air pematang sawah (Ulun Carik).
Peleban Carik itu, merupakan carik kerta massa pada siklus ritual Purnama Kapat, sedangkan subak atas ada pada siklus Purnama Kedasa.
Ketika ada rakyatnya mencari rajanya dalam urusan kekuasaan yang begitu luas pada zamannya, maka "Pura Ulun Carik yang berupa Ibu Leleng itu dijadikan penanda/petunjuk bagi rakyat elit kerajaan mencarinya.

Dalam campuran Bahasa Bali, Simak dialog berikut:
A. diceritakan ada seorang Punggawa mencari raja Panji Sakti ke Sukasada, koordinasi masalah pajak kearajaan, maka dia akan bertanya pada penjaga Puri di Sukasada sbb.
"Naweg Paman Patih, dimana Sinuhun Gusti Panji Sakti sekarang?
B. Dijawab oleh orang Puri sbb.
"Ih Cai Parekang sayang (Punggawa) kema alih Sinuhn Panji Sakti Gusti Caine, beneg kelod uli dini, nyanan nepukin "Pura Ibu Leleng", ngelod kanginan adanya pondok cenik ditu, tepukin cai ba gustin caine suksut ring kayun melantaran antuk pianak ipun abatun bulian seda ring rana Blambangan Jawi".
Lama kelamaan daerah itu terkenal dengan sebutan 'Buleleng" berasal dari kata Ibu Leleng. Pura inilah kemudian dikembangkan menjadi Pura /Tempat Suci Kerajaan, setelah dibangun Buleleng itu menjadi Pusat Pemerintahan. Bangunan Tugu (Ibun Carik) selanjutnya menjadi tradisi tersendiri di Bali Utara.
***