Dalam Babad Ki Tambyak ini, disebutkan beliau adalah keturunan dari Begawan Maya Cakru seorang brahmana sakti.
Semenjak lahir ia ditinggal oleh orang tuanya dan akhirnya ia dijadikan anak angkat oleh Kebayan Panarajon.
Ia kemudian tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan berilmu sehingga disegani masyarakat lingkungannya, bahkan raja Bedahulu pun mengangkatnya sebagai seorang patih.
Pada suatu saat diceritakan Ki Tambyak bertemu dengan Arya Notor Waringin.
Pada suatu saat diceritakan Ki Tambyak bertemu dengan Arya Notor Waringin.
Dalam pertemuan tersebut mereka berdua sepakat untuk bersemedi.
Dengan ketekunan semadinya akhirnya mereka dianugrahi daerah kekuasaan, yang mana daerah tersebut pada akhirnya disebut daerah Badung.
Di daerah inilah mereka menjalankan roda pemerintahan. Lama - kelamaan Ki Tambyak ingkar dengan kepercayaan yang telah dibangunnya sehingga ia diusir ke daerah Pecatu. Demikian seterusnya ia beserta keluarganya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain sebagaimana disebutkan pada sumber kutipan sejarah babad bali, dalam konsep - konsep budaya.
Dikisahkan dalam ekspedisi Gajah Mada ke Bali pada tahun 1334 yang dipimpin oleh Gajah Mada sendiri bersama panglima perang Arya Damar disebutkan pula bahwa Ki Tambyak adalah seorang patih kerajaan Bali yang sangat teguh dan sakti sehingga sulit untuk dikalahkan, sehingga kalau hal tersebut terus dibiarkan maka makin banyak korban yang berjatuhan dari pihak Majapahit.
Untuk menghindari hal tersebut maka pimpinan pasukan Majapahit di wilayah selatan yaitu Arya Kenceng memutuskan menghadapi langsung Ki Tambyak.
***