Puri

Puri  (istana,  keraton),  berasal  dari  kata pur,  yang artinya  benteng  pertahanan. 

Pada zaman dahulu diceritakan, 

Karena sering berkunjung ke Puri untuk menghadap kepada sang patih, namun niatnya yang paling utama adalah untuk bertemu dengan putrinya yang bernama I Gusti Ayu Pinatih.

Lama-kelamaan semakin bersemi cinta kasih Ida Banyak Wide di antara sang teruna dan sang dara, tidak bisa dipisahkan lagi. 

Dalam sejarahnya, Keberadaan  Puri  di Bali   disebutkan bermula   dari   ekspansi Kerajaan   Majapahit pada  1343.

Dalam sebuah jurnal sejarah dalam dinamika puri yang ada disebutkan bahwa :

Kajian  tentang  peranan  puri  di  beberapa pusat  perkembangan  di  Bali  telah  dilakukan  oleh beberapa pihak. 

 Raja  Bali  yang  terdahulu  sebelum dikalahkan  Majapahit, Sri  Asta  Sura  Ratna  Bumi Banten   tidak   meninggalkan   jejak   keraton   yang diperkirakan  di  sekitar  Pejeng-Bedahulu  sekarang 

Menurut  berbagai  sumber babad,2setelah   Bali dikuasai   oleh   Majapahit, diangkatlah penguasa  Bali,  Sri  Kresna  Kepakisan yang   berkedudukan   di   Puri   Samprangan   dekat Gianyar   sekarang.   Samprangan   menjadi   pusat pemerintahan  Bali  yang  baru,  karena  tempat  itu bekas  markas tentara  Majapahit  (Gajah  Mada) ketika  menaklukkan  raja  Bali  Sri  Astasura yang berkedudukan  di  Bedahulu.

Puri   dianggap   sebagai   simbol   kekuasaan politik  raja. Oleh  karena  itu, raja  tidak  bersedia mempertahankan     simbol     kekuasaannya     yang pernah  dikuasai  musuh,  karena  dianggap  sebagai musibah. 

Sehubungan  dengan  itu, raja  membuat atau membangun simbol kekuasaan baru. Sebagai contohPuri  Gelgel;puri  ituditinggalkan, karena raja   tidak   mau   lagi   beristana   di   Gelgel.   Raja kemudian  membangun  puri  baru  di  Klungkung yang disebut Smarapura. 

Hal ini juga sering terjadi di  Jawa yaitu terjadi  perpindahan  ibukota  sejak periode Hindu-Buddha sampai periode perkembangan kerajaan-kerajaan Islam (Munandar, 2005: 199). 

Kehidupan sistem politik dengan  ikon  puri rupanya merupakan gejala  yang umum di Asia Tenggara pada zaman itu. 

Raja tidak bisa  dipisahkan  dengan  istana.  Puri  adalah  milik raja,  tidak  satupun  yang  dapat  berdiri  tanpa  ada istana (Geldern, 1982: 29-30).

Setelah  disintegrasi Kerajaan Gelgel  sejak abad ke-18 (sering  disebut  zaman  raja-raja  dan seterusnya    sampai    abad    ke-20), puri makin berkembang  dengan   sistem   feodalisme   sebagai ikutannya.  

Kerajaan  Bali  bersifat  sentrifugal,  raja mempunyai kekuasaan sendiri (independen). Creese  (1993:30)  menyebut struktur  pemerintah di  Bali dengan galaksi,  dan  pada jaman dahulu, Kerajaan Gelgel di Klungkung sebagai pusat dikelilingi oleh raja-raja .

***