Anak Wungsu

Anak Wungsu (Dharmawangsa Wardana Marakata Pangkaja Sthana Uttunggadewa) adalah raja Bali yang memerintah sekitar tahun 1072 - 1098 dengan pusat pemerintahan di Tampak Siring.

Beliau merupakan putra dari Raja Udayana sebagai penerus dari Raja Sri Suradhipa Bedahulu yang berasal dari Dinasti Warmadewa.

Raja Anak Wungsu ini dikenal sebagai raja yang penuh belas kasihan terhadap rakyatnya yang dalam kutipan sejarah kerajaan di Bali disebutkan bahwa Beliau dalam menjalankan pemerintahannya,
  • senantiasa memikirkan kesempurnaan dunia yang dikuasainya. 
  • Beliau juga berhasil mewujudkan negara yang aman, damai dan sejahtera. 
Saat itu penganut agama Hindu dapat hidup berdampingan dengan agama Buddha. Anak Wungsu sempat pula membangun sebuah kompleks percandian di Pura Gunung Kawi (sebelah selatan Istana Tampaksiring) yang merupakan peninggalan terbesar di Bali. 
  • Atas perannya yang gemilang itu, 
  • Anak Wungsu kemudian dianggap rakyatnya sebagai penjelmaan Dewa Hari (Dewa Kebaikan).
Pada masa pemerintahannya sebagaimana diceritakan mbem2ewu, kerajaan Bali dan keadaan negeri saat itu sangatlah aman dan tenteram. 
  • Rakyat hidup dengan bercocok tanam, seperti padi gaga, kelapa, enau, pinang, bambu, dan kemiri. 
  • Selain itu, rakyat juga memelihara binatang seperti kerbau, kambing, lembu, babi, bebek, kuda, ayam, dan anjing. 
Anak Wungsu tidak memiliki anak dari permaisurinya dan Beliau meninggal pada tahun 1077 M dan didharmakan di Gunung Kawi dekat Tampak Siring.
 
Setelah tahun 1098 dalam kutipan sejarah raja-raja dan penguasa Bali Kuno, kemudian Raja Anak Wungsu ini disebutkan digantikan oleh Raja Sakala Indukirana Isanagunadharma Laksmi Dharawijaya Uttunggadewi Tampaksiring.
***