Jaman Bahari di Nusa Bali

Kisah ini bermula seperti halnya pada Zaman satya Yuga dan ordovisium, dimana dahulu diceritakan :
  • menyebabkan adanya air bah yang pernah melanda dunia ini,
  • dengan meluapnya samudra dari zaman es, 
    • benua-benua lainnya mulai menutup celah samudera yang berada di antaranya.
Selengkapnya diceritakan sebagai berikut :
Dahulu tersebutlah pada jaman bahari tatkala nusa Bali dan Lombok masih berkeadaan goncang bagai perahu di atas lautan selalu goyang dan oleng.
Nusa Bali dan Lombok ketika itu hanya ada gunung di Bali,
  • Bagian Timur gunung Lempuyang namanya. 
  • Bagian selatan gunung Andakasa, 
  • Bagian Barat gunung Watukaru, 
  • Bagian Utara Gunung Mangu namanya dan pula gunung Bratan. 
Sebab itu mudahlah oleh Hyang Haribhawana menggoyangkan nusa ini.

Dengan demikian Bhatara Hyang Pasupati sangat belas kasihan melihat halnya pulau Bali ini, maka berkenanlah Bhatara membongkar sebagian lereng Mahameru untuk dibawa ke Pulau Bali dan Lombok,
  • Pada hari Kamis Keliwon wuku Merakih, sasih kedasa (April) bulan mati (tilem), rah 1, tanggek 1, tahun Caka 11.
    • Si Badawang nala diperintahkan diam bertahan di pangkal gunung, 
    • Sang Anantabhoga dan Naga Basuki menjadi tali gunung itu, 
    • sedangkan Naga Taksaka menerbangkannya untuk diturunkan di Bali
Setelah beberapa tahun lamanya rusaklah kembali Nusa Bali, pada hari Kamis Keliwon wuku Telu hari Purnama raya, sasih Kasa (Juli), rah 7, tenggek 2, tahun Caka 27,
Ketika itu hujan sangatlah lebat disertai angin topan guruh kilat bersambungan, akhirnya terjadi gempa bumi disertai suara dentuman – dentuman sehingga dua bulan lamanya hujan saja, akhirnya meletus gunung Agung (Tolangkir) keluar air salodaka (air belerang) dari sana.
Setelah beberapa tahun antaranya,
maka pada hari Selasa Keliwon wuku Kulantir, sasih Kalima (Nopember), kebetulan bulan Purnama, tahun Caka 31, meletus pula gunung Agung itu.
Setelah itu disebutkan,
datanglah Bhatara Hyang Putrajaya disertai adiknya Bhatari Dewi Danu menuju Besakih terus menetap bertempat di sana sebagai Parhyangan yang bergelar Hyang Mahadewa sedangkan Bhatara Dewi Danu berparhyangan di Ulun Danu Batur dan Bhatara Hyang Genijaya berparhyangan di Gunung Lempuyang.
Demikianlah riwayatnya pada zaman bahari, ketika Bhatara itu berangkat ke Bali diutus Hyang Pasupati, dengan sabdanya
“Anakku bertiga kamu Mahadewa, Danu, dan Genijaya tidak lain hanya engkaulah kusuruh pergi ke Bali menjadi Pujangga orang Bali”.
Demikianlah sabda Hyang Pasupati lalu tiga Bhatara itu datang menyembah, kataNya:
“Ya Tuhanku Bhatara, bukan karena kami akan menolak perintah Bhatara, hanya kami perlu kemukakan bahwa kami masih dalam keadaan anak - anak belum dewasa, tentunya kami tidak tahu jalan mana yang harus kami tempuh”.
Jawab Hyang Pasupati:
“Anakku, janganlah bersusah hati, aku akan memberi engkau wahyu, supaya segala kehendakmu itu kesampaian hendaknya, sebab engkau adalah anakku sekarang”.
Setelah itu maka Bhatara tiga itu diberi yoga, ditempatkan dengan gaib didalam kelapa gading, kemudian berjalanlah mereka itu melalui dasar laut dengan segera tiba di gunung Tolangkir berparhyangan di Besakih.

Demikianlah riwayatnya yang dikisahkan dalam babad pasek ini.
***