Sri Ugrasena Singhamandawa

Sri Ugrasena Singhamandawa adalah raja penguasa Bali kuno yang memerintah dari tahun 912 - 942 dengan kerajaan berpusat di Singhamandawa di daerah sekitar Batur, Ancient Kingdom of Bali Golden Era disebutkan :
Ugrasena merupakan seorang raja yang bijaksana. Pulau Bali yang awalnya berkembang pesat secara spiritual, pada masa keemasanya mulai dilirik oleh kaum pedagang dan juga kerajaan-kerajaan lain.
Sang Raja yang berasal dari Dinasti Warmadewa tersebut dimana dalam beberapa catatan sejarah disebutkan :
  • Beliau terkenal akan kebijaksanaannya dan kewibawaanya sehingga menjadikan Pulau Bali aman dan sentaosa dimana dalam catatan sejarah Puri Pemecutan, Ugrasena diceritakan :
    • Pada waktu itu, para pendeta Siwa Budha dan Rsi, Empu, para agamawan datang dari pulau Jawa dan Hindu (India) semuanya bersama memuja kebesaran Ida Sanghyang Widhi dengan para dewa, tapi pemujaan disesuaikan dengan desa kala patra. 
      • Itu yang menyebabkan tepat disebut Bhinneka Tunggal Ika. Kerajaan berpusat di Singhamandawa didaerah sekitar Batur.
    • Selama masa pemerintahannya, 
      • Ugrasena membuat beberapa kebijakan, yaitu pembebasan beberapa desa dari pajak sekitar tahun 837 Saka atau 915. Desa-desa tersebut kemudian dijadikan sumber penghasilan kayu kerajaan dibawah pengawasan hulu kayu (kepala kehutanan). 
      • Pada sekitar tahun 855 Saka atau 933, dibangun juga tempat-tempat suci dan pesanggrahan bagi peziarah dan perantau yang kemalaman.
  • Ugrasena dalam catatan portal sejarah Kerajaan Bali lengkap disebutkan pula bahwa Beliau diperkirakan memerintah pada jaman yang sama dengan Mpu Sendok di Jawa Timur.
    • Pada masa pemerintahan Ugrasena, ia terkenal sering merilis prasasti yang memiliki hubungan dengan kegiatan-kegiatan yang sering diadakan oleh masyarakat kerajaannya seperti perpajakan, penganugerahan, upacara agama, pembangunan penginapan, hingga pendirian tempat sembahyang bagi mereka yang ingin berziarah. 
      • Bukti fisik tentang kepemimpinan Ugrasena tercatat dalam beberapa prasasti, antara lain Prasasti Srokada A dan Goblek Pura Batur A dll.
    • Seluruh prasasti yang memuat namanya selalu tertulis dalam bahasa Bali kuno, dan dimulai dengan sebuah perkataan yang berbunyi yumu pakatahu, berarti “ketahuilah oleh kalian semua”.
    • Setelah Ugrasena turun, penerusnya adalah Sri Tabanendra Warmadewa yang dari namanya jelas diketahui bahwa ia masih anggota Wangsa Warmadewa.
***