Bubuksah dan Gagaking

Bubuksah dan Gagaking adalah dua bersaudara (kakak adik) yang menurut Lontar Purana Dewa Tatwa, mereka berdua merupakan putra-putra dari Mpu Dwijendra.

Dahulu diceritakan mereka sempat diuji kesaktiannya oleh seekor harimau putih saat menjalankan tapanya di tengah hutan yang dalam lontar bubuksah, alih aksara dan bahasa lontar, awal kisahnya diceritakan sebagai berikut :
  • Bubuksah bernama Kebo Mili
  • Gagaking bernama Kebo Ngraweg
Mereka berdua senang menekuni ajaran kebenaran, tidak suka kepada hal-hal keindahan keduniawian, sehingga mereka memutuskan untuk mencari seorang guru dan selanjutnya ingin menjalani kehidupan layaknya seorang pendeta.

Mereka lalu menuju ke Pertapaan Mandhalangu atas petunjuk Ulukembang, seorang siswa dari pertapaan tersebut. 
Di sana, 
  • Mereka berdua akhirnya diterima untuk menjadi muridnya. 
  • Keduanya lalu diganti namanya, 
    • Kebo Mili menjadi Gagakaking, sedangkan
    • Kebo Ngraweg menjadi Bubhuksah.
Setelah dirasa cukup dalam menuntut ilmu, keduanya lalu memutuskan untuk pergi bertapa ke sebuah gunung. 
  • Gagakaking mengambil tempat di sebelah Barat menghadap ke Timur, 
  • sedangkan adiknya, Bubhuksah mengambil tempat di sebelah Timur menghadap ke Barat. 
Dalam hidupnya, kedua kakak beradik ini mengambil jalan yang berbeda. 
  • Gagakaking menjalankan tapanya dengan memakan makanan yang tidak bernyawa, sedangkan 
  • Bubhuksah menjalankan tapanya dengan cara bherawa, 
    • yakni memakan makanan yang bernyawa termasuk binatang-binatang yang paling menjijikkan sekalipun.
Perbedaan cara hidup ini menyebabkan Gagakaking gelisah dan diyakini apa yang dilakukan oleh Bubhuksah telah melanggar cara seorang pertapa. 
  • Berkali-kali Gagakaking menasihatinya namun tidak berhasil. 
  • Bubhuksah meyakini bahwa banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencapai alam sorga. 
    • Jiwa itu adalah tunggal, dan 
    • bersama tapanya itu berharap jiwa itu segera menyatu kembali ke asalnya.
Di lain pihak diceritakan bahwa Dewa Indra melapor kepada Dewa Siwa (Bhatara Guru) bahwa ada dua orang pertapa yang sama-sama sakti ingin berebut sorga. 
  • Dewa Siwa lalu mengutus Kala Wijaya untuk menyamar sebagai harimau putih untuk menguji mereka. 
  • Siapa salah satu dari mereka yang tyaga pati, maka dialah yang berhak masuk sorga.
Dalam melakukan pengujiannya, 
  • harimau putih lebih dahulu mendatangi Gagakaking dan mengatakan ingin memakannya. 
    • Gagakaking tidak mau dimangsa oleh harimau itu, 
    • bahkan ia menyuruh harimau putih itu untuk mendatangi Bubhuksah. 
  • Harimau itu lalu mendatangi Bubhuksah, dan Bubhuksah pun menyerahkan dirinya untuk segera dimangsa.
    • Bubhuksah ternyata tyaga pati. 
    • Harimau putih pun segera menjelaskan bahwa dirinya adalah utusan Dewa Siwa 
    • untuk mengujinya. 
Bubhuksah lalu diajak ke sorga untuk menemui Dewa Siwa. Oleh karena Bubhhuksah dan Gagakaking sebelumnya sudah berjanji paras paros seia sekata, baik suka maupun duka, maka Gagakaking pun diikutkan ke sorga. 
  • Bubhuksah duduk di punggung harimau, sedangkan 
  • Gagakaking bergelantungan memegang ekor harimau.
Setibanya di sorga, mereka diberi tempatnya masing-masing sesuai dengan tapanya. 
  • Oleh karena Bubhuksah tyaga pati, maka ia berhak mendapatkan sorga yang terbaik dan tertinggi (sorga ketujuh). Sedangkan 
  • Gagakaking diberikan sorga tingkat kelima, lengkap dengan abdinya sebagai pahala atas tapanya yang juga sangat welas asih terhadap semua makhluk.
***