Ki Dukuh Belatung

Ki Dukuh Belatung adalah salah satu putra dari Mpu Prateka yang menurunkan Pasek Dukuh Belatung.
Dimana pada zaman dahulu, Beliau memiliki seorang puteri jelita yang bernama Ni Luh Pasek Prateka alias Ni Luh Pasek Warsiki.
Diceritakan, pada suatu hari datanglah Manik Angkeran yang sangat tampan ke pedukuhan Ki Dukuh Belatung yang sangat asri, sulit mencari bandingannya. 
Begitu manik Angkeran tiba, lalu Ki Dukuh Belatung menancapkan alat penyiang dan duduk di atasnya. 
Kemudian Ki Dukuh Belatung duduk diatas daun keladi. Kedua peristiwa ini dapat dilaksanakan dengan baik, karena Ki Dukuh Belatung memang sangat sakti. 

Dan disana Ki Dukuh Bertanya kepada Manik Angkeran yang belum dikenal, 
Dari mana asalnya dan siapa namanya ?
Maka dijawab oleh Manik Angkeran, ia adalah putra seorang Brahmana yang mandul dari Majapahit.
Mendengar pengakuan itu, Ki Dukuh Belatung menjadi bingung dan bertanya didalam hatinya mengapa orang mandul mempunyai anak. 
Selanjutnya Manik Angkeran bertanya,hutan ini dirabas untuk apa? 
Dijawab oleh Ki Dukuh Belatung bahwa hutan ini dirabas kemudian akan ditanami padi gaga.

Manik angkeran bertanya lagi, kalau demikian rontokan kayu ini akan diapakan, dan dijawab oleh Ki Dukuh Belatung akan dibakar. 

Oleh ManikAngkeran lagi ditanyakan apa yang akan dipakai membakarnya. Dan dijawab oleh Ki Dukuh Belatung tentu saja api yang dipakai membakarnya. 
Lalu Manik Angkeran berkata, bahwa untuk membakar reruntuhan daun kayu hutan ini cukup dipakai air kencingnya saja.
Tentu saja Ki Dukuh Belatung menjadi sangat terkejut mendengar perkataan itu. Disana Ki Dukuh Belatung berjanji, 
“Apabila reruntuhan daun kayu dan hutan ini terbakar karena kencing saudara, maka rakyat saya di Banjar Tengenan dan Batusena, saya akan serahkan kepada saudara Bekasih. 
Begitu juga anak saya yang perempuan akan saya serahkan kepadasaudara, supaya mereka menjadi rakyat saudara. “ 
Sesuai dengan kesepakatan antara Ki Dukuh Belatung dengan Manik Angkeran, ditentukan hari untuk membakar reruntuhan daun kayu dan rumput tersebut. 
Maka seluruh rakyat diwilayah kekuasaan Ki Dukuh begitu pula anaknya Ki Dukuh bersama – sama datang ketempat itu. 
Di sana Manik Angkeran atas kekuatan batinnya lalu membakar dengan air kencingnya. Tak berapa lama, api berkobar sangat besar. 
Lalu disana Ki Dukuh Belatung menceburkan diri dan seketika moksha kembali ke alam baka. 

Beliau meninggalkan seorang anak yakni Ni Luh Pasek Prateka alias Ni Luh Pasek Warsiski dan rakyatnya. 
Kemudian Ni Luh Pasek Prateka dikawini oleh Manik Angkeran, dan dari perkawinannya ini melahirkan seorang anak laki – laki, bernama Banyak wide.
Dengan demikian, disebutkan Ki Dukuh Belatung tidak lagi mempunyai keturunan, dan kemudian yang menjadi ahli warisannya adalah Made Prateka Watuwisesa yaitu putra kedua dari Mpu Gamongan di Banjar Gamongan, Desa Tiyingtali, Karangasem.
Sesudah menjadi ahli waris Ki   Dukuh   Belatung,   Made   Prateka   dari   Banjar   Gamongan   desa   Tiyingtali   pindah   ke Watuwisesa. 
Sebab itulah ia lalu disebut Made Pasek Prateka Watuwisesa  atau Made Prateka Watuwisesa.

Demikian diceritakan dalam dokumen Babad Bali Keturunan Mpu Prateka, terjemahan Lontar Pusat Dokumentasi Provinsi Bali.
***